Selasa, 1 Juli 2023, Sebuah mini bus dengan siswi yang berjumlah 17 orang itu tiba diKampung Inggris Pare, tepatnya di halaman Share-E camp. Tim Share-E dan para ustadzah yang sudah sampai terlebih dahulu pun menyambut kedatangan rombongan santri putri dari Tangerang tersebut. Mereka langsung diarahkan untuk bersih diri, sarapan, dan istirahat pasca perjalanan.

 

 Di hari pertama, dengan arahan Ms. Nova, juga tiga pendamping dari pesantren tersebut, Ustadzah Aisyah, Ustadzah Tuti, dan Ustadzah Arini, para santri putri berkumpul di aula mini asrama Share-E untuk melaksanakan Welcome Speech. Agenda dilaksanakan sebagai kegiatan pembuka program yang akan berlangsung selama satu bulan. Tidak hanya dikenalkan lebih akrab tentang Share-E, yang merupakan kursusan Spesialis Ngajar English dari Nol dan Sistematis, juga tentang sejarah Kampung Inggris Pare. Para siswa juga menerima banyak motivasi di forum tersebut yang disampaikan oleh Mr. Gud, Ustadz Hasbi, dan Ustadz Furqon. Itu dilanjut dengan Pre-test Speaking dan Grammar yang ditujukan agar siswa dapat mengetahui kemampuan mereka dan tutor lebih memahami metode yang lebih efektif dalam mengarahkan para siswa tersebut.

 

Rangkaian kegiatan pun berlanjut. Program akan berjalan selama satu bulan dengan jadwal yang padat, yakni lima kali pertemuan sehari dan rangkaian-rangkaian kegiatan outdoor class (kegiatan di luar kelas) bersama para tutor Share-E. Mereka sangat antusias mengikuti rangkaian pembelajaran yang begitu dinamis dari para tutor, mulai dari Applicative Grammar yang mengajarkan cara mudah belajar Grammar, Speaking Therapy yang membuat para siswa semakin percaya diri ketika harus berpidato dengan bahasa Inggris, Translation Art yang menguji kemampuan para siswa dalam menggunakan Grammar mereka dalam tulisan dan Conversation Booster yang memantapkan kelancaran siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

Adapun pembekalan Public Speaking Art bersama Mr. Gud untuk memberikan tips and tricks menguasai kemampuan pidato di depan umum. Serta program eksklusif berupa Future Sharing, yakni pembekalan kepribadian Islami yang dibutuhkan para santriwati untuk menjadi pemimpin umat di masa depan. Tema lain seperti Tips Lancar Speaking English juga mereka dapati dari Mr. Idris, sang master Speaking, di pembekalan ini.

Kelas pagi pertama mereka diawali dengan Conversation Booster. Kelas yang dilaksanakan di lapangan desa Tulungrejo yang terletak tidak jauh dari asrama. Para pelajar dari kota industri tersebut dilatih untuk aktif dalam paraktek speaking english bersama partner yang telah diatur oleh tutor manis mereka. Para siswa dengan jarak usia yang berbeda-beda itu juga mendapat kelas Expression dan Vocabulary Booster setiap pagi. Ketiga materi kelas ini dilakukan secara bergantian setiap hari sesuai dengan jadwalnya. Suasana lapangan pagi yang sejuk dengan suguhan pemandangan dari Sunrise pun selalu berhasil menambah semangat para siswa dalam belajar.

 

Hari-hari selanjutnya, santri putri mengikuti kegiatan kelas yang padat. Dimulai dari Applicative Grammar, Speaking Therapy dan Translation Art. Di kelas-kelas tersebut, para pelajar diajarkan untuk menjadi siswa yang aktif dan percaya diri. Mereka juga mendapat “penghormatan” berupa “kenaikan derajat” alias diharuskan berdiri jika para siswa tidak dapat menjawab soal yang diberikan oleh tutornya yang cantik. Hal tersebut seringkali membuat Scintillate, sebutan bagi rombongan pelajar dari kota benteng itu, merasa gugup tapi tetap heboh. Pembelajaran kelas reguler tidak hanya dilaksanakan indoor saja, tetapi outdoor juga. Seperti di kedai kopi serta di tempat wisata kebun buah dan taman bunga dengan beberapa pendopo untuk belajar yang tersedia.

Ada pun kelas malam camp yang dilaksanakan setelah dinner. Kelas dengan materi Dictation itu berlangsung dengan heboh. Seringkali mereka berkata “hah?” atau “loh loh miss, pelan-pelan” yang sepaket dengan ekspresi lucu jika mereka rasa tidak yakin dengan apa yang mereka dengar. Kejadian ini sama dengan ketika kelas Listening diadakan. Dengan wise words atau kalimat mutiara sebagai bahan dikte dan setelah dijelaskan maksud dari kalimat tersebut oleh sang tutor, diharapkan para siswa dapat mengambil hikmah serta terinspirasi dari kalimat-kalimat yang diberikan. Beberapa contoh wise words yang diberikan yakni, Time is responsibillity (Waktu adalah tanggung jawab), Take the risk or lose the chance (Ambil resikonya atau kehilangan kesempatan), dan Do something today that your future will thank you for (Lakukan sesuatu yang mana, masa depanmu akan berterima kasih kepadamu).

 

Karena mereka mengikuti program camp selama satu bulan, maka di minggu kedua, rombongan santri tersebut sudah terikat dengan program English Area. Di mana mereka harus berbahasa Inggris dalam percapakan sehari-hari di area yang sudah disepakati bersama. Jika ditemukan seseorang berbahasa Indonesia meski tidak sengaja, maka akan diberikan hukuman. Hukuman berupa menerjemahkan kata yang diucapkan ke bahasa Inggris dengan 20x pengulangan menggunakan megaphone. Beberapa santri juga berkesempatan mendapat hukuman dengan membaca teks bahasa inggris beberapa lembar. Pelaksanaan hukuman dilakukan di depan camp pada sore hari dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang di sana.

 

Tinggal bersama di camp dengan waktu yang cukup lama, membuat program ini diwarnai dengan hal-hal yang unik. Seperti di hari pertama menyewa sepeda tetapi sudah banyak yang pedal sepedanya lepas sebab terlalu semangat bersepeda, dipanggil bapak pemanen tebu ketika sedang bersepeda dan diberikan beberapa batang tebu, hampir menabrak pengendara sepeda motor dan sepeda lainnya ketika bersepeda, menyusuri persawahan dan ditawari bawang merah oleh petani, bersepeda keliling Pare dan bertemu dengan karnaval adik-adik dari PAUD, bermain di playground Taman Kilisuci dan ditertawakan oleh adik-adik TK yang sedang belajar tidak jauh dari tempat bermain, serta naik kereta kelinci bersama.

 

Di penghujung agenda, yaitu Final Public Speaking di Landmark Kampung Inggris Pare bertulisan Kampung Inggris berwarna merah dilangsungkan. Para pemudi Villa Quran Madina tersebut ditantang untuk menunaikan kegiatan akhir ini di depan khalayak. Sekitar satu minggu mereka berlatih berpidato bahasa Inggris yang baik, kontrol diri, pelafalan, kelantangan suara dan bahasa tubuh yang menjadi poin-poin dalam penilaian. Meski tidak sedikit drama yang terjadi di awal latihan, hari itu, santri putri tersebut menyampaikan pidatonya dengan baik dan cantik. Mereka telah menaklukan dan membuktikan hal-hal yang mungkin mustahil mereka lakukan sebelumnya.

Selesai final agenda, santri dengan ciri khas jaket berwarna biru dan krem itu menonton bersama dengan sang tutor. Film animasi berjudul The Sea Beast yang bercerita tentang petualangan pemburu monster laut yang ingin menyelamatkan para penduduk pulau, berhasil membuat suasana berubah dengan cepat. Tawa, perasaan tegang, kesal dan bahagia meramaikan ruang tengah camp di malam hari.

 

Di hari berikutnya, sebagai penutup agenda, Inspiring Farewell dilaksanakan di salah satu tempat wisata Pare, yakni Lembah Krepyak. Acara yang berisi kalimat penuh hikmah dan pembangkit semangat itu diisi oleh beberapa perwakilan dari Villa Quran Madina, yakni ustadzah Aisyah dan sister Vina, serta perwakilan dari Tim Share-E, yakni Mr. Gud dan Ms. Iim. Diharapkan, agenda ini menjadi media penyulut semangat dan tekad dalam menggapai mimpi serta berdakwah. Sebab, salah seorang guru pernah berkata “Pengawasan seorang guru terhadap murid bukan pada mata dan jasadnya. Melainkan dengan tutur kata hikmahnya. Karena mata, hanya akan mampu mengawasi dalam hitungan jam. Namun, tutur kata yang bijak akan mengawasnya sepanjang hayat.”

Terakhir, sebelum kepulangan santri Villa Quran Madina ke Tangerang, mereka bersalam-salaman dan berpamitan dengan Ms. Iim dan Ms. Nova sebagai perwakilan dari tim Share-E serta kepada para ustadzah yang lebih akhir pulang. Perpisahan yang berat tersebut diwarnai dengan tangis, tawa yang getir, dan pelukan sampai jumpa. [NRL]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *